Pada suatu pagi saya keluyuran di internet dan menemukan sebuah video milik channel “UDIN TEHNISI” sahabat salam disini.

https://www.facebook.com/udin.tehnisi.33/videos/221152612399795/?t=113

Untuk menghindari salah paham, mohon narasinya di dengar dengan seksama hingga videonya selesai.

Penjelasan: Di saudi, jika ada orang meninggal, hiasan depan rumahnya adalah lampu untuk penerangan di malam hari. Jika Indonesia pada waktu malam duka diadakan tahlilan hingga 7 hari berturut turut, maka di Saudi ditiadakan karena dilarang dianggap bid’ah.

Karena dianggap bid’ah, maka shohibul musibah hanya membuat acara malam ta’ziyah saja. Karena dalam Islam ada aturan untuk menghormati tamu, maka tentu saja sang tamu tetap di beri jamuan meskipun tuan rumah sedang ditimpa musibah.

Secara hubungan manusia, hal ini tidak ada masalah selama tidak memberatkan si tuan rumah. Kejadian seperti ini mirip dengan di negeri Indonesia, negeri yang 80% lebih adalah penganut islam.

BANDINGKAN DENGAN INDONESIA

Sebagian muslim Indonesia juga ber ta’ziyah untuk memberi support semangat kepada tuan rumah yg tertimpa musibah. Akan tetapi tuan rumah secara sukarela memberikan jamuan sekedarnya pada tamu.

Para anggota keluarga yang memperoleh musibah duduk berjajar untuk menerima ucapan turut berduka dari para tamu. selanjutnya para tamu duduk diatas karpet yang disediakan di depan rumah shohibul musibah. Berbeda dengan Indonesia, yang para anggota keluarga berdiri di depan rumah untuk menerima tamu, selanjutnya para tamu masuk ke dalam ruang tamu, duduk bersila diatas karpet,hingga meluber ke luar rumah.

Selanjutnya setelah para tamu berkumpul dan berbincang bincang, para tamu mendapatkan talam talam berisi hidangan makanan dari tuan rumah untuk dimakan bersama sama. Satu talam hidangan dimakan secara berkelompok antara 4 sampai 6 orang. Beda dengan di Indonesia, setelah para tamu berkumpul, sesepuh kampung atau tokoh warga setempat membuka acara untuk baca baca kalimat tahlil, takbir, sholawat, tahmid, surat surat alqur-an, yang hadiah bacaannya diniatkan untuk dikirimkan ke almarhum yang telah wafat. Selesai baca do’a. Tuan rumah mengeluarkan hidangan seadanya dengan hantaran piring berisi makanan warga setempat.

Sama tujuan tapi beda penerapan di lapangan. Itulah indahnya Islam. Berbeda beda tata cara tapi tujuannya sama. Dan keindahan ini terkadang menjadi hal yang tidak meng-enakkan ketika sebuah kelompok yang mengaku umat islam juga, akan tetapi menyalah nyalahkan amalan sesama saudaranya muslim dengan alasan dan dasar hukum menurut kelompok mereka saja. Wallahu A’lam.

Wal Akhir. Tidak ada yang salah dengan makan diacara orang yang tengah berduka. Jangan di maki, jangan dibenci. Kebencian itu 90% dikarenakan tidak tahu. Bencilah sesuatu hal jika antum betul betul tahu permasalahannya dan mengkaji betul duduk perkaranya. Afwan.

BACA JUGA: JANGAN MAU DI TIPU,KIRIM DOA’ ITU PAHALANYA SAMPAI KOK!

HIJAB: JILBAB DAN KERUDUNG

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *