Pada suatu hari aku makan nasi rawon buatan isteriku. Diantara nasi yang kumakan, ada beberapa tulang sapi yang memang sengaja dipakai isteriku untuk penyedap kuah. Segera kusingkirkan belungan tadi di pinggir piring.

Beberapa detik setelah itu, muncullah seekor kucing. Ia berlari ke arahku dan mengeong ngeong meminta belas kasihan kepadaku. Maka kulempar kanlah tulang sapi tadi ke arahnya. Ia langsung menerkam tulang tadi, dimakanlah tulang tadi.

Beberapa detik setelah si kucing makan tulang, muncul lagi seekor kucing . Lebih besar daripada kucing pertama. Ia berlari kearah kucing yang sedang memakan tulang tadi. Kucing pertama dicakar dan ditampar oleh kucing kedua. Kucing pertama mengerang ngerang kesakitan dan melepaskan gigitannya sambil berlari. Direbutnya tulang itu dari kucing pertama.

Karena kasihan, kulemparkan lagi sepotong daging yang berasal dari piringku kearah kucing pertama. Tulang sapi yang dipiringku sudah tidak ada lagi. Kucing pertama itu langsung menerkam dengan gesitnya sambil mengeram seperti berguman. Karena itu adalah daging, maka tidak ada halangan bagi kucing pertama untuk mengunyahnya.

Sekarang giliran kucing kedua yang melihat kucing pertama. Rupanya ia ingin merebut makanan yang ada dimulut kucing pertama. Segera tulang yang sedang dikunyahnya tadi dilepaskan. Ia berlari menghampiri kucing pertama dan menampar muka kucing pertama dengan tangannya yang lebih besar dari kucing pertama dengan maksud merebut barang yang telah digigit.

Kucing pertama berlari sambil membawa makanannya. Kucing kedua mengejar. Mereka terlibat perkelahian untuk merebut sepotong daging. Kucing pertama kalah fisik lagi. Ia lari terbirit birit karena takut terkena tamparan dan pukulan terus menerus dari si kucing besar.

Aku yang memberi makanan kucing pertama yang wajahnya bersih dan manis tadi kok ikutan tersinggung ya? Dalam batin ini mengatakan “ Sialan si kucing besar itu, dasar serakah. Suatu saat nanti kamu nggak akan kuberi makanan!, bahkan kusiapkan batu”

Hari yang lainnya, ketika aku memberi makanan si kucing kecil yang penurut itu, selalu aku melempari kucing yang besar yang bermaksud merebut makanan si kecil dengan sapu atau benda apa saja yang membikin ia lari dan ketakuatan. Bahkan hari yang lainnya, aku pernah melihat kucing besar itu terluka entah karena apa atau pula ia berjalan tertatih tatih karena salah satu kaki belakangnya cedera.

Jika kalian semua adalah seekor kucing kecil yang selalu dalam kesulitan mencari nafkah, lalu diberi sepotong rezeki dari Allah, terus direbut oleh seorang kucing besar dengan cara fisik maupun politik, kira kira yang memberimu rezeki tadi ikut tersinggung apa tidak ya?

Entahlah.

Yang aku tahu, seorang yang kesulitan mendapatkan rezeki, maka ia akan berusaha sehemat mungkin dalam membiayai operasional hidup.Bahkan ia agak pelit. Parahnya lagi ia menjadi pelit.

Karena pelit, maka Sang Pemberi Rezeki akan sedikit pelit dalam memberinya tambahan rezeki. Tentu saja efeknya adalah sipelit akan semakin sulit dalam memperolah rezeki. Walaupun ia sanggup mengatasi masalah kesulitan rezeki dengan sukses, tapi ia pasti kelelahan.

Berlari kesana kemari, menangkap peluang ini itu, berbisnis kesana kemari. Hingga ia tidak sadar uang yang ia peroleh sebagian besar dilarikan untuk dibayarkan ke rumah sakit, dealer mobil, mall, maupun tempat hiburan. Ia pasti akan merasa berat jika sebagian uangnya dibuang Cuma Cuma ke panti asuhan, yayasan sosial, tempat ibadah, saudara yang jauh lebih miskin, ataupun temannya yang sedang membutuhkan pertolongan biaya dengan alasan: nanti akan utang lagi, nagihin, dan alasan lainnya.

Kita seperti kucing lemah yang selalu mengeong kepada tuannya mengharapkan sepotong ikan maupun sekerat daging untuk melanjutkan kehidupan.

Walaupun kita sering diperlakukan jelek oleh kucing besar bahkan kucing garong, lihatlah! Ia sering memperoleh lemparan sapu, batu, bahkan sering terlihat bagian tubuhnya ada cedera serius karena kecelakann yang dibuatnya sendiri atau dibuat oleh sesama kucing besar yang saling berebut, saling menunjukkan kekuasaan di daerahnya.

Jika tuan kita sedang murah hati, ia akan melempari kita dengan apa saja yang ia punyai, bahkan ia akan meraih kita untuk ditaruh di salah satu bilik rumahnya untuk diberi sajian satu piring rezeki, ya! Rezeki nomplok yang kedatangan dan jadwalnya tidak disangka sangka.

Kucing yang baik adalah kucing yang selalu menyapa tuannya, mendekat kepada tuannya, menyenangkan hati tuannya, dan tahu apa keinginan tuannya.

Aku sering melihat ada seekor kucing yang tidak berani memakan makanan yang ada di atas meja makan tuannya, sekalipun itu adalah ikan goreng yang enak! Entah kenapa kucing itu berbuat demikian. Ia hanya makan makanan yang ada di piring makanannya sendiri. Jika ia lapar sedangkan makanan yang ada di piringnya belum disiapkan, ia tetap sabar meski ia nampak ada ikan dan ayam dimeja tuannya.

Marilah saudaraku, kalian kucing kucing piaraan Allah! jadiah anda piaraan Allah yang baik. Jika rezeki belum turun sedangkan disana ada barang yang bisa dicurangi maupun dicuri, biarkan saja! Sabar saja! Tidak mungkin Allah akan membiarkan kita kelaparan. Kalian pernah nggak mengalami kelaparan yang hebat? Belum pernah kan? Kalau merasa tidak sabar karena rejeki belum turun mah, sering..!

Jika rezekimu turun Cuma sedikit, lalu kamu mencoba naik ke atas meja dan tolah toleh melihat suasana, lalu menyikat ayam dan ikan, maka jejak kakimu yang kotor akan nampak di meja! Tuanmu dengan mudah mengenali kaki siapa ini atau bulu siapa ini karena tuanmu adalah Allah!

Ia akan marah dan memberimu sangsi berupa pukulan fisik maupun psikis, bahkan tidak akan diberi makan hingga kamu akan mengeong ngeong terus karena lapar dan kamu akan mendekati putus asa hingga tuanmu bermurah hati. Untung saja tuanmu ini adalah Allah SWT. Tuhanmu, Tuhan kita.

Kepada kucing yang sombong, aku berpesan, berhati hatilah dengan murka Tuanku. IA sekarang ini sedang diam mengamatimu dari kejauhan. Jangan sampai tuanku melemparmu dengan sapu maupun batu yang membuatmu cedera maupun terluka suatu saat nanti.

Ditulis di Malang, 26 Pebruari 2012.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *