Pada tahun 2002 an aku pernah berkunjung ke makam Mbah Bagopati atau Syeh Muhammad Mahmudi bin Yusuf , di daerah Bendo, Tajinan, Malang.

Orang sholeh ini konon katanya adalah seorang syaikh dari negeri arab yang ikut membantu perjuangan pangeran diponegoro sekitar 1820 an. Karena tekanan dari pihak kolonialis belanda dan tertangkapnya mbah Diponegoro, pengikut pengikut nya melarikan diri ke daerah lain diantaranya adalah mbah Bagopati ini ke daerah Malang selatan. Di makamnya ada sisilah sang syaikh hingga nyambung ke Sayyidina Ali KW , misanan sekaligus menantu kanjeng nabi Muhammad SAW.
Pada sekitar tahun 2006 seorang saudara sebut saja cak Mudi, bercerita bahwa pada suatu hari kuncen makam mbah bagopati pernah merasa jengkel kepada seorang pengunjung yang menjalani ritual riyadoh ( tirakat / laku prihatin ) di makam si mbah. Si tirakat ini berhari hari tinggal di kawasan makam orang sholeh ini. Karena jengkelnya, si kuncen diam diam melempar kulit semangka ke orang tadi dari depan pintu masuk musholla makam, dikarenakan si pengunjung dirasakan tak tahu waktu dan tidak tahu diri dalam berkunjung ke makam tersebut.
Saat dilempar kulit semangka, si riyadoh seperti kaget. Tapi si tirakat payah tadi tidak tahu kalau ia dilempar kulit semangka oleh si kuncen. Tidak seberapa lama, orang tadi segera mengemasi barangnya dan langsung pergi tanpa pamit.
Setahun kemudian, si riyadoh datang kembali lagi ke makam itu dengan memberikan uang guna menyumbang biaya operasional dan perawatan makam tersebut. Ia bercerita kepada kuncen jika telah sukses dalam usahanya.
Akhir tahun 2014, aku pergi ke daerah Wajak, Malang. Di suatu tempat aku berhenti mampir untuk membeli semangka di salah seorang penjual buah. Sebut saja orang itu dengan pak Kaji / Abah. Seperti biasa aku yang suka ngobrol menanyakan bisnisan pak kaji , bagaimana kok bisa selancar ini.
“Ini barokah sejak saya pergi ke suatu makam di daerah Bululawang Wetan beberapa tahun yang lalu ,mas” kata pak Kaji.
“Tepatnya makam siapa bah?” tanyaku
” Mbah Bagopati” katanya
“O… itu makam orang sholeh Ba..” kataku
“Bukan mas..itu Waliyulloh. Buktinya saya pas riyadoh di sana 41 hari, ee..dikasih tanda petunjuk dengan dijatuhi kulit semangka dari plafon makamnya si mbah Bagopati lho…”katanya bersemangat.
“O…begitu ya bah?” tanyaku kaget.
“Saya menafsirkan kulit semangka tadi adalah petunjuk bahwa saya harus buka usaha di bidang buah buahan”, tambahnya.
Aku terkejut. Kemudian aku tersenyum. Aku teringat cerita cak Mudi pada 2006 lalu. Cerita tahun 2006 baru terkuak pada 2014.
Pada tahun 2015 cerita yang lain terkuak lagi. Ada seorang musafir dari daerah utara bercerita kepadaku pada saat rehat sholat dhuhur di masjid Muqorrobin, Krebet, Bululawang ,bahwa mbah Bagopati ini cuma seorang ahli obat/ tabib nya mbah pangeran Diponegoro. Hanya saja mbah Bagopati ini memiliki ilmu makfifat tingkat tinggi.
Wallahu a’lam….
Jika ada kesamaan nama dan karakter, penulis meminta maaf.