Oleh: Jon Ad-Dabruz, petugas kebersihan makam mbah Monyong, di Semprulnesia
CAK KAN YAG KUKENAL
Cak Kan sebenarnya tidak bisa ngaji. Sejak kecil memang tidak dikenalkan dengan ngaji oleh orang tuanya yang petani asli. Dugaanku, ekonomi lah yang menyebabkan cak Kan tidak ada waktu untuk belajar agama Islam dengan benar. Masa kecilnya habis untuk bertahan hidup dengan jalan menjadi buruh tani, buruh ngarit rumput ternak, dan pekerjaan lainnya.
Selama ini cak Kan mengaku sebagai orang Islam Jawa, walau masih mengenal dan mempraktikkan klenik, suguhan / sesaji ke barongan bambu, masih suka main judi togel, dan kegiatan maksiat yang lain.
Sejak kedatanganku dikampung cak Kan, dia selalu mengajakku berdebat soal tauhid, agama – agama, politik, dan hal – hal lain yang berhubungan dengan keseharian. Aku layani saja permintaan cak Kan yang kadang menjengkelkan. Tapi kubuat hepi saja, wong gak bikin cidera kok. Hanya saja cuman waktuku saja yang sering terbuang untuk melayani cak Kan.
Rupanya cak Kan tertarik dengan gayaku menerapkan ajaran Islam yang kudapat dari pak Kyai di Ponpes ku dulu dan pak Ustad-ku di kampus saat ikutan LDK dulu. Cak Kan bilang kepadaku , katanya aku ini orang Islam Asyik. Islam yang menyesuaikan dengan kemajuan jaman. Katanya cerdas, tegas, jelas dan moderat. Aku sendiri heran kok bisa dikatakan demikian. Tapi komentar kayak gitu – gitu tidak kuhiraukan. Bikin sombong saja.
Cak Kan beberapa bulan terakhir ini memang berubah sejak sering main ke rumah. Pertama belajar memperbaiki ampli, kemudian belajar memperbaiki komputer, kemudian belajar ilmu hikmah, dan sejak mengenal ajaran islam yang biasa kuterapkan, cak Nan tertarik untuk ikut ngaji denganku. Kami tiap kemis malam jemuwah selalu pergi ke ndalem Kyai ROSSI ngaji kitab al Hikam bersama orang –orang yang haus ilmu.
TAHUN KEDUA BERSAMA CAK NAN
Saat ini adalah tahun kedua aku berkenalan dengan cak Kan. Cak Kan sudah mau ikutan aku ngaji ke majelis A, sowan ke kyai B untuk Bahsul Masa’il, sholawatan bersama habib C tiap hari sabtu dan banyak jadwal lainnya. Seolah – olah cak Kan seperti kakakku sendiri. Oh iya, aku selisih 5 tahun lebih muda darinya.
Sekarang cak Kan sudah menjadi muslim normal seperti aku. Yakni menjalankan aturan wajib, menjauhi hal – hal yang dilarang dan menjauhi hal – hal yang dianggap merugikan ibadah.
Pada senin kemarin, saat aku ziarah ke makam mbah monyong, nampak olehku cak Kan sedang murung. Ia duduk bersila menghadap kali rolak. Badannya bersandar di dinding bangunan makam. Tatapannya kosong. Jari tangannya nampak memutar tasbih.
“Assalaamu alaikum” aku uluk salam.
“wa alaikum salam” jawab cak Kan kaget.
“Hai wong ganteng, ada apa ini kok murung?” tanyaku sambil menyalami cak Kan
Cak Kan segera tersenyum membalas jabat tanganku. Ditepuknya tangan kananku.
“He he he…enggak. Ini lho sangking ngelamun saja” hindar cak Kan
“Ngelamun opo cak? Pingin rabi maneh a ( ingin menikah lahi kah)? Tanyaku menggoda cak Kan
“Ha ha ha…wes siji wae kang” Jawab cak Kan
“He he he….ya sudah kalau begitu. Aman lah…” kataku sambil menepuk pundak cak Kan.
Aku duduk disebelah cak Kan. Aku juga bersila menghadap kali rolak disebelah cak Kan. Cuaca sedang cerah. Di areal makam tidak begitu panas karena banyak pepohonan rindang disini.
DIMARAHI NABI KHIDR
Tidak seperti biasanya cak Kan diam seperti ini. Ada sesuatu hal yang terjadi rupanya. Kami saling diam sesaat hingga cak Kan berkata dahulu:
“Semalam aku dimarahi mbah Khidir” jawab cak Kan
Aku kaget. Ku tatap wajah cak KAN. Tumben sekali cak Kan bilang mbah Khidr. Baru kali ini cak Kan bilang nabi Khidr. Yang kutahu mbah Khidr ini hanya mau bertemu dengan para wali atau orang sholeh yang ditunjuk oleh Tuhan.
“Hah sing genah! Rupamu welek koyok ngene isok di dawuhi mbah nabi khidr ki, kowe ngawur…!” kataku
(Hah yang benar! Wajah jelek begini kok dinasehati oleh mbah nabi Khidr. Kami ngawur )
“Semalam beliau menemuiku saat aku ambil air wudlu di tepi kali. Aku diberi tahu kalau akan mati besok Rabu siang”
“Rabu? lusa dong cak…Ah bisa saja kamu” kebetulan saat aku becakap – cakap dengan cak Kan adalah masih hari senin.
“Aku gak siap kang. Utangku di koperasi desa masih ada. Terus utang kalung istriku juga belum kulunasi kang..”
Maksudmu gimana sih kang? Tanyaku heran
“Kalung isteriku kujual untuk modal beli anakan kambing. Ku gaduhkan ke pak agus seberang desa. Kujanjikan nanti kalau sudah besar dan beranak akan kukembalikan. Hu hu hu..” cak Kan menangis tersedu – sedu
Tumben sekali cak Kan menangis.
“Sebentar cak Kan. Ini serius kah?” tanyaku.
“Iya kang Jon. Mbah khidr yang ngomong ke aku” jawab cak Kan.
“Serius mbah Khidr? Bukan godaan Jin?” Tanyaku tidak percaya. Karena terkadang Jin level tinggi setara ilmu sang Iblis itu bisa berpura – pura menjadi tokoh seperti kejadian ini. Itulah kenapa jika belajar ilmu ghaib harus ada gurunya. Jika belajar ilmu ghaib dan ilmu hikmah tanpa guru akan berbahaya karena belajar kepada setan. Auto tersesat.
KALAU DIBOCORI MALAH ENAK
“Iyo kang. Asli mbah khidr”
“Yang kutahu mbah Khidr itu hanya mau bertemu dgn orang sholeh dan para wali lho kang. Ya mohon maaf kalau aku salah komen” jawabku.
“Nggak kang. Dia ngasih bocoran kepadaku kalau aku mau dipateni besok lusa. Gimana nih kang?” tanya cak Kan sambil menangis.
“Lho kalau dibocori akan dipateni malah enak to kang. Hari ini sampeyan harus segera meminta maaf kepada orang – orang yang pernah sampeyan salahi lho kang, biar gak nyendat ( terhalang macet ) dihari akhir kelak” jawabku menghibur.
“oh iya…yowes. Aku mintak tolong antarkan ke orang – orang yang sakit hati kepadaku yo kang”
“Ayo” kataku menghibur.
Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke rumah orang – orang yang pernah disakiti hatinya oleh cak Kan keesokan harinya.
Sebetulnya aku masih tidak percaya kasus ini. Nabi khidr? Ah mana mungkin….? Tapi demi kebaikan hubungan pertemanan kami, aku ngalah saja mengantar cak Kan ke orng – orang yang pernah disakiti hatinya oleh cak Kan.
Keesokan hari, yakni selasa, kami bertemu dirumah cak Kan sesuai kesepakatan.Keluar dari kamarnya, cak Kan nanpak ganteng dengan setelan baju takwa, kopyah hitam, kacamata baca, celana agak cingkrang karena kekecilan, dan tas pinggang kecil. Sumringah.
“Aku sudah pamit ke isteriku kalau mau silaturohmi ke teman – temanku” kata cak Kan sambil tersenyum
Hari ini kami berputar – putar seperi gasing. Ke desa sebelah selatan, terus muter ke desa sebelah timur, terus ke desa sebelah utara, lanjut ke desa sebelah barat .
TIDAK NGAKU AKAN DICABUT
Di semua tempat yang kuantar, cak Kan selalu menyisipkan kalimat silaturohmi dan mengucapkan ungkapan kata maaf selama dia berurusan dengan cak Kan. Dan hampir semua tuan rumah mentertawakan cak Kan karena dianggap cak Kan kok jadi lucu dan minta maaf segala. Tetapi kulihat cak Kan tidak pernah bilang kalau divonis mati oleh mbah Khidr. Mungkin cak Kan masih ragu: iya kalau itu benar, lha kalau ternyata hoax akal-akalan kaum jin gimana? Cak Kan memang cerdas.
Tempat terakhir adalah rumah pak Lurah. Sampai disini cak Kan banyak – banyak mengucapkan maaf kepada pak Lurah, karena selama ini ia merasa bahwa pak Lurah adalah penghalang kegiatan bantengan dan tayuban di desa kami. Kegiatan bantengan sering di bubarkan polisi karena laporan pak Lurah dan kegiatan tayuban sering tidak mendapat izin dari polsek. Gara – gara pak Lurah lah bantengan tidak berkembang, semakin menurun peminat dan penontonnya, dan banyak seniman atraksinya yang hengkang ke tempat lain. Tapi pak Lurah maklum akan hal ini dan tetap tersenyum. Pak Lurah juga kaum sarungan, sama seperti aku.
Selesai seharian mengantar cak Kan, maka cak Kan kukembalikan ke rumahnya.
“Wes besok jangan kemana – mana dulu kang. Menenangkan hati dulu” kataku
“Okey. Matur nuwun kang Jon atas ojekan nya”
“Sama sama cak Kan. Assalaamu alaikum” aku pamit
“wa alaikum salam”.
Sesampai dirumah, aku segera mandi dan ganti baju. Karena terlalu capek, selepas sholat isyak aku langsung ketiduran.
MIMPI ORANG CAPEK
Dalam tidur orang capek ini, nampak olehku sebuah komplek pemakan di desa. Nampak banyak orang orang menziarahi makam ini. Aku heran saja, kok bisa makam dikampungku bisa ramai seperti ini? Kuburan siapa sih? Macam kuburan orang sholeh atau wali saja kok ramai…
Penasaran dengan itu, kedekati kuburan yang baru di uruk sekitar setahunan. Dari tanah urukan kelihatan kalau kuburan ini masih baru. Kubaca batu nisan pada makam itu. Bertuliskan MISKAN, tgl lahir sekian –sekian dan tanggal wafat: 13 november . Seketika aku kaget.
Mimpi buyar. Dadaku berdegup kencang. Wah. Ini mimpi buruk , aku berkata dalam hati. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 00.30 . Oh masih dini hari. Akhirnya kuputuskan untuk ambil air wudlu dan sholat tahajud.
Selepas sholat, badanku terasa baikan dan kulanjutkan untuk istirahat lagi. Isteriku tidak kubangunkan karena sepertinya ia barusan tidur pula. Mukena nya sampai lupa belum dilepas.
Pagi, 13 November 2020. Aku masih terngiang – ngiang mimpi semalam. Mosok cak Kan akan mati hari ini? Aku bertanya –tanya. Ah…semoga itu mimpi buruk. Kataku.
Hari ini aku ada jadwal mengecat tembok makam mbah Monyong karena akan ada kunjungan wisata religi dari pemerintah kabupaten beberapa hari kedepan. Sepeda Motor kunyalakan dan aku pergi ke makam mbah Monyong.
Sesampai disana, segera kutata alat cat dan peralatan kebersihan lainnya. Rencananya memang aku akan mengecat tembok makam dan nanti siang pak Modin desa akan mengirim kosumsi.
TELPON DARI CAK KAN
Lagi asik mengecat, ponselku berbunyi. Nampak tulisan CAK KAN. Ahh..cak Kan menghubungi aku.
“Assalaamu alaikum” kataku
“Assalaamu alaikum. Wa alaikum salam” terdengar suara disebrang ponsel.
“Kang posisi dimana?” tanya suara dibalik ponsel
“Lagi ngecat di makam mbah Monyong cak”
“Oke aku bantu ya”
“Lho sudah tenang kah? Kalau belum tenang jangan keluar rumah cak” kataku
“Oke aku sudah tenang. Pingin menenangkan diri di makan si mbah ( Monyong )” kata cak Kan
“Ya monggo lah” kataku
Panggilan diakhiri.
Kuteruskan mengecat di makam ini. Sedikit demi sedikit akhirnya selesai sudah mengecat tembok makam. Cak Kan masih belum nampak datang.
Tidak seberapa lama, pak Modin Mashudi datang ke makam. Ia membawa rantang berisi makanan untuk makan siangku.
“Assalaamu alaikum Gus “ suara dari motor
“wa alaikum salam” jawabku
“Ini kosumsinya. Ayo istirahat dulu”
“Nggih pak modin”
Kami makan bersama-sama. Tapi cak Kan masih belum nampak. Mungkin cak Kan sedang sibuk membantu isterinya berdagang.
“Cak Kan tadi katanya mau kemari , pak modin. Rupanya masih sibuk membantu isterinya” kataku menduga
“Ooo nggih. Cak Kan sekarang lebih baik, Gus. Sejak ketemu njenengan cak Kan menjadi berubah. Dulu kami kerepotan lho momong cak Kan” cerita pak Modin
“ha ha ha…bisa saja pak Modin ini…” jawabku sambil tersenyum
Pak modin hanya tersenyum
Selesai makan, kami sama – sama menuju tepi sungai untuk ambil air wudlu di pancuran. Kami sholat berjamaah di surau kecil dekat makam.
Ketika sholat selasaii, nampak dari jauh terdengar bunyi sepeda motor khas milik cak KAN , yakni sepeda 2 tak yang berbunyi nyaring. Aku tersenyum. Aah.. cak Kan baru nongol siang ini.
Akan tetapi aku kecewa ternyata yang menaiki motor adalah Pendik, anak cak KAN. Nampak Pendik seperti wajah tegang. Ia berlari kearah kami yang barusan sholat.
YANG DATANG MALAH MOTORNYA DOANG
“Assalaamu alaikum., Pak Modin. Minta tolong di tata carakan. Bapak saya tidak ada ( wafat ) barusan” kata suara itu terasa berat.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun ( sesungguhnya semua milik ALLAH dan sesungguhnya kepadaNYA pula dikembalikan )..
Aku seketika kaget. Cepat sekali kejadian ini. Baru saja tadi cak KAN menelepon mau kemari, ee yang datang kok malah motornya doang….
“Nggih mas, saya segera kesana” Jawab pak Modin Mashudi.
Di desa kami, modin bertugas untuk memproses warga desa yang wafat mulai dari menata kain kafan, mensholati, hingga mentalqin di pekuburan.
Diceritakan oleh isteri cak Kan bahwa cak kan tiba tiba terjatuh setelah tersedak karena minum air putih. Kemudian dipanggilkan bidan desa dan tidak ada nafas sama sekali.
Seketika aku teringat cerita cak Kan saat di makam mbah Monyong dan teringat dengan mimpi kuburan cak KAN.
Cerita cak Kan bertemu dengan khidr soal diberitahu akan dicabut nyawanya oleh Izro’il ( malaekad pencabut nyawa ) sampai saat masih kurahasikan. Nanti kalau kuceritakan aku kuwatir akan jadi heboh di kampung. Bisa – bisa nanti makam cak Kan akan ramai dikunjungi orang untuk minta berkah segala macam.
Namun percuma saja. Makam cak KAN sekarang menjadi ramai sering dikunjungi peziarah sejak ada kejadian orang dari kota lain mendapat undian Toto Gelap ( togel ) Hongkong tembus 4 digit berkat begadang di makam cak KAN. Nisan cak KAN sekarang diberi kain putih dan tidak pernah kering tanah kuburnya basah karena kembang peziarah.
Aku, pak Modin dan pak Lurah terkadang tersenyum -senyum sambil ngopi membicarakan cak KAN yang berjasa menjadikan makam komplek pemakaman jadi ramai dan ikut menaikkan ekonomi warga sekitar pemakaman. Ya, sekarang ada warung kecil, parkiran, dan toilet umum di jalan masuk makam. Bahkan beberapa preman desa membuat tulisan tanda panah ke kuburan cak KAN dengan tulisan “Wali MISKAN, 100Meter” dan lain-lainnya untuk menarik para pencari berkah togel.
Wallaahu a’lam
Thank you, I have just been searching for information about this subject for ages and
yours is the best I’ve discovered so far. However, what in regards to the
bottom line? Are you sure concerning the source?