sumber: islampos

# DAFTAR ISI

SUATU MAGHRIB DI SURAU UJUNG DESA

SHOLAT LAGI

BACAANNYA JELEK PAK

2 TAHUN KEMUDIAN

SELESAI ITU TERNYATA BERARTI WASALAM

NUMPANG MAGRIBAN LAGI DI SURAU UJUNG DESA

INNA LILLAHI WA INNAA ILAIHI ROOJIUUN

ASTAGHFIRULLAH AL- ADHIIM… Ampuni aku duh GUSTI…

SUATU MAGHRIB DI SURAU UJUNG DESA

biss smella hir rohmaa nir roheem. Al lekamdu lilla hirop bil ngaa lamiin. Ar roh maa nir roheem…..

Itu yang kudengar tatkala numpang sholat jama’ah maghrib di suatu langgar ( JAWA: surau ). Saat itu aku dan sobatku ( sebut saja ) KASPO telat satu rokaat.

Biasanya kalau sudah begini, sobat KASPO lebih memilih mengajak membikin sholat jama’ah sendiri.

Tapi berhubung aku sudah bergabung dahulu dengan jama’ah, maka aku ikut Imam Sholat pak Tua ini.

Berhubung sobat Kaspo sendirian, nampaknya ia ikutan bergabung dengan jamaah yang telah berangkat sholat duluan. Eman bro…

kalau sholat sendirian dihitung 1 pahala, kalau berjamaah ( bareng-bareng ) dihitung 27 pahala. Begitu kata sebagian ulama di golongan saya.

Konsentrasi sholat agak terganggu karena bacaan Surat Al Fatikhah yang kurang “asli arab”.

Tapi aku tidak ambil hati karena yang mengimami sholatku adalah orang yang lebih tua, dan lebih duluan berangkat sholatnya, meskipun bacaan suratnya terdengar “ala jawa”.

KEMBALI KE ATAS

SHOLAT LAGI?

Selesai sholat, si Kaspo kulihat berdiri sholat lagi. Kalau kuperhatikan, ia sepertinya sholat 3 rokaat lagi. Lho? Sholatnya mengulang? Ada apa ini?

Kubiarkan saja sobatku sholat hingga selesai.

Demikian juga aku.

Aku berdzikir layaknya biasa orang orang Nahdliyin lakukan setelah Sholat. Mulai Istighfar, 3 surat pendek, tahmid, Hamdalah, Takbir, Tahlil , doa selamat, doa sapu jagat.

Nampaknya pak Imam Sholat masih asyik di bilik pengimaman.

Asik berdzikir. Menundukkan kepala dan memejamkan mata. Khusyuk poll brow…

Hingga akhirnya pak Imam selesai dzikir, tiba-tiba kulihat sobatku Kaspo menghampiri pak Imam untuk bersalaman. Akupun ikutan ke depan. Kami bertiga duduk bersila didepan bilik Pengimaman.

“Sampeyan dari mana?” tanya imam tua kepada kami sambil tersenyum.

“Kami numpang sholat maghrib pak. Kami sedang perjalanan dari sana mau ke sana” Jawab sobat Kaspo.
“OOo saya do’akan semoga perjalanannya aman dan selamat sampai tujuan nggih” do’a pak imam tua.
“Aamiin” jawab kami berdua.

BACAANNYA JELEK PAK

Tiba- tiba sobat kaspo berkata:

“Mohon maaf pak, saya tadi mendengar bacaan Al fathikah panjenengan jelek sekali. Tidak fasih. Saya sampai terganggu dan terpaksa sholat lagi sendirian.Mohon maaf lho pak Imam” ustad kaspo menyambar.

Aku seketika malu. berani sekali teman saya ini.

Untungnya ia menyampaikan komplain ke pak tua ini pas sepi orang. jadi lebih sopan.Sejak gabung dengan kaum “ahlul kakku wal nekatu” ( nama kelompok agama ), teman saya ini berubah tidak seperti yang dulu.

Tapi itu pilihannya. Biarlah.

Wong dia masih mengaku umat Rasul Muhammad.

“Alhamdulillaah. Matur sembah nuwun telah mengingatkan saya ya adik”, jawab pak Imam tua seraya tersenyum.

“Karena kalau bacaan al Fatikhah tidak fasih, sholat bisa tidak diterima lho pak. Kan sayang sekali panjenengan mengimami sholat segitu lama tapi oleh ALLOH tidak diterima” kata Kaspo seperti percaya diri.

“Ooh injih mas. Saya akan coba perbaiki bacaan saya. Terima kasih telah diingatkan”
Selanjutnya kami berdua berpamitan ke pak Imam untuk melanjutkan perjalanan ke sebuah kota.

2 TAHUN KEMUDIAN.

Saat maghrib, aku melewati langgar itu lagi. Terpaksa deh numpang sholat lagi di surau kecil gelap itu. Tapi gak papa.

Siapa tahu masih di imami oleh pak Tua yang bacaan Al Fatikhah nya “ala Jawa” itu.

Siapa tahu bacaannya sudah diperbaiki karena komplinan dari sobat saya yang baru saja pindah aliran itu: Kaspo.

Dan ternyata aku telat satu rokaat lagi. dan masih terdengar bacaan al fatikhah ala jawa lagi. Tapi aku gak ngurus bacaan sholat pak Imam.

Yang penting disini adalah saya niat sholat maghrib jamaah lillahi Ta’alaa.
Masih terulang lagi. Selesai sholat aku salaman sama pak Imam tua ini. Rupanya ia masih ingat dengan aku.

“Alhamdulillah ketemu mas e lagi” kata pak Imam tua sembari tersenyum.
“Njih pak”
“Lho mana teman satunya lagi?” tanya pak Imam tua. Ia rupanya masih ingat dengan orang yang meng komplain beliau.
“Ooh sedang sakit pak. Isolasi mandiri” jawabku.
“Mugi-mugi ndang mantun pun. Aamiin. ( Moga-moga segera selesai dah.. Aamiin)” kata pak Imam.
“Aamiin” jawabku.
Ini segera selesai=sembuh apa segera selesai=wassalam ya? tanyaku dalam hati….
Tidak seberapa lama setelah aku merenung arti “segera selesai” ini, pak Imam tua menjawab;

“Kan sampeyan tahu sendiri besok jawabnya” kata pak Imam.

Selanjutnya aku pamit meneruskan perjalanan.

KEMBALI KE ATAS

SELESAI ITU TERNYATA BERARTI WASALAM

Beberapa hari kemudian….

Berita mengejutkan datang dari kota sebelah. Sobatku yang bernama KASPO di kabarkan wafat.

Terkena serangan virus yang bernama virus IZROIL, sebuah wabah yang mendunia. Hampir seluruh dunia terkena wabah ini.

Virus IZROIL adalah konon virus ciptaan Profesor IZROIL, dari negeri Semprulnesia Selatan. Rencananya virus ini untuk senjata biologis tapi bocor dicuri oleh agen rahasia negeri sebelahnya, Negeri TIRAI SENGON.

Tidak lama setelah menemukan virus IZROIL, ia di jemput oleh malaikat yang bernama IZROIL, yaitu satu malaikat yang bertugas mencabut nyawa.

Virus ini akhirnya nyebar kemana-mana. Hingga ke negeri Semprulnesia Utara.

Virus ini tidak bisa terlihat, akan tetapi effek serangannya adalah ia menjadi gumpalan seperti lendir yang menggenangi paru-paru sehingga orang tidak bisa bernafas dan mati dengan cepat karena ruang oksigen tidak ada.

Seperti orang masuk ke air terus gak mentas-mentas, ya mati tenggelam karena kehabisan nafas…

KASPO memang terkenal menentang protokol kesehatan. Ia selalu berdalih virus itu tidak ada. Penyakit itu dari ALLOH dan bukan ciptaan manusia.

KASPO katakan wabah ini adalah konspirasi global, vaksin adalah usaha orang kafir untuk me-remote manusia-manusia untuk bisa dikendalikan.

Padahal kebenaran hal ini masih belum dibuktikan.

Ia selalu berkata seperti itu.
Seketika aku teringat pak Imam Tua di surau sepi ujung desa.

Berarti yang dimaksud “segera selesai” adalah kematian?. Hii ngerii.

NUMPANG MAGRIBAN LAGI DI SURAU UJUNG DESA

Kali ini masih maghrib lagi.

Kebetulan lagi lewat musholla ini. Jadinya numpang maghrib lagi. Ketinggalan 1 roka’at pula.

Ah. Imamnya ganti. Lebih muda. Tapi gak papa lah. Yang penting jama’ah.

Selesai sholat jama’ah. Pak Imam sholat masih di bilik imam. Ku tunggu dia untuk untuk bersalaman.

“Permisi pak, bapak tua yang biasanya di sini, siapa namanya?” aku bertanya

“Ooo itu USTADZ SYAHID” kata imam muda ini.
“Pak Syahid namanya kah?”tanyaku meyakinkan
“Bukan”
“Lho?” aku heran
“Namanya sebenarnya pak MUKIDI al SYAHID” jawab imam muda
“Jadi?”

“Beliau meninggal seminggu yang lalu. Disini di musholla . Saat sholat Maghrib.

Rokaat kedua. Beliau ustadz SYAHID yang meninggal secara SYAHID” kata imam muda seraya menunjukkan rasa sedih yang mendalam.

KEMBALI KE ATAS

INNA LILLAHI WA INNAA ILAIHI ROOJIUUN .

Ternyata pak tua itu bernama Mukidi.

Pak Tua yang bacaan suratnya aneh itu telah pergi meninggalkan kita yang masih hidup di dunia.

“Beliau wafat dalam keadaan sujud. Ketika itu, kami menunggu untuk bangkit dari sujud kok lama sekali.

Akhirnya salah satu makmum kemudian bangkit dari sujud untuk memastikan apa yang terjadi dengan pak Imam.”

“Ketika makmum berteriak: INNA LILLAAHI WA INNA ILAIHI ROOJIUN, seisi langgar ini geger. Pada tangis-tangisan.

Sholat maghrib jadi batal.

Dan perlahan-lahan ruangan langgar ini berbau wangi seperti za’faron yang belum pernah dikenal orang-orang awam maupun alim”

“Karena malamnya hujan, maka jenazah ustad syahid disemayamkan di sini, di langgar ini, untuk menunggu pagi dan hujan berhenti. Mengingat beliau ini sebatang kara”

“Paginya tiba-tiba banyak orang-orang berwajah teduh, berkostum habib-habib ( mungkin ini adalah baju gamis ) dan berbau wangi- wangi datang ke langgar ini untuk memandikan jenazah dan mensholatinya.

Orang-orang di desa pada heran, kok bisa pak mukidi yang penjual tape singkong ini ditakziyah ulama-ulama top, padahal pak Mukidi ini orangnya biasa-biasa saja”

Tidak terasa aku ikut terharu mendengar cerita ini.

“Allahu akbar” kataku

Aku seketika teringat kejadian mantan sobat satu pengajianku dulu , KASPO yang telah pindah aliran. KASPO dengan pede mengkomplain pak Mukidi ini hanya soal lidah jawa yang sulit beradaptasi dengan bacaan berbahasa arab.

Mengancam sholat pak mukidi tidak bakal diterima pula.

Ya ALLOH, hamba meminta maaf, karena sering kali hamba merendahkan sesama saudara muslim.

Terkadang hanya karena tidak pernah ngaji, kurang bagus bacaan Al-Qur-an nya, kurang wawasan akidahnya, kurang belajar ilmu fikihnya.

ASTAGHFIRULLAH AL- ADHIIM… Ampuni aku duh GUSTI…


“Di mana makam beliau, pak?” tanyaku
“Ada di samping Musholla ini. Mari saya antar” kata imam muda .
“Terima kasih”
Kami berdua bergerak menuju makam almarhum pak mukidi SYAHID ini.
Sepanjang melangkah ke kubur , aku tidak henti-henti bertanya dalam hati: Bacaan AlFatikhah yang logat lucu kayak gitu kok bisa masuk sorga ya?

Tapi segera aku ber istighfar kembali. Ini pasti kehendak Tuhan.
“Ini mas” kata imam muda menunjukkan ke sebuah makam sederhana.
Yaa ALLOH, engkau telah ambil kekasihmu. Kekasihmu yang selalu mengucapkan “bis smella hir rohmaa nir roheem” ini..
Tidak terasa aku menitikkan airmata. Ah dasar nangisan.

Aku berdo’a di atas kuburan itu.

Kumintakan maaf kepada ALLOH atas segala dosa pak Mukidi, komohonkan kepada ALLAH agar ke-salehan nya di turunkan kepada anak keturunanku nanti.

Aamin.

Selepas kirim do’a, aku pamitan kepada imam muda ini untuk melanjutkan perjalanan.

Disepanjang perjalanan aku masing terngiang bacaan “bisemellaa” pak Mukidi.

Wallahu A’lamu bi Showab.

BACA LAGI

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *