Oleh: Yohan I, buzzer DAMAI ITU KEREN dari Semprulnesia.
Yang paling menyusahkan dalam menunggu adalah menunggu orang sakit yang terbaring di Rumah Sakit. Rewel, cerewet, minta ini itu, dan terkadang yang lebih susah adalah berakhir dengan kematian. Seperti cerita (sebut saja)kang Ripan
GAK BISA CANGKRUK
…………………………………………..
Ketika aku menunggu bapakku di RS, aku seperti tidak berdaya. Gak bisa cangkruk dengan teman-teman, gak bisa internetan di warnet, gak bisa keluyuran kesana kemari. Yang ada sekarang adalah melayani permintaan bapakku yang tengah terbaring di Rumah Sakit.Minta diambilkan minum, minta diantar ke Kamar mandi,minta ditelponkan ibu. Belum lagi harus menyuapi makan bapakku, mengganti popok dewasa, menghubungi perawat dan aktifitas lainnya.
Disebelahku sama juga. Seorang anak seusiaku menunggu bapaknya juga. Terbaring tak berdaya di tempat tidurnya. Sepertinya lebih parah dari bapakku. Terbukti dengan adanya perbedaan kondisi. Bapakku semakin sehat, sebelahku semakin memburuk. Kasihan.
Pada hari ke 13, bapakku semakin membaik. Mungkin besok pagi boleh pulang. Akan tetapi beda dengan sebelahku. Semakin kurus, semakin sering mengambil nafas berat. Malahan malam ini sepertinya semakin seru.Nampak olehku si anak sebut saja Dalbo kebingungan dengan gelagat ayahnya. Sang anak berwajah pucat seperti menangkap sesuatu.
Nampaknya hari itu telah datang. Dalbo membaca sebuah buku kecil. Nampak olehku ia komat kamit dengan serius membaca isi buku itu. Penasaran dengan bacaannya, kudekati dia untuk mencuri dengar. Astaga…sepertinya dia membaca surat Yaasin. Surat yang biasa dibacakan untuk orang yang tengah seru / menjelang ajal.
SAYA BACAKAN SAJA MAS
Akan tetapi aku menjadi agak terganggu karena bacaanya kok tidak umum? Oh… rupanya dia membaca surat Yasin dengan tulisan Latin. Jadinya ya aneh. Kemungkinan dia tidak bisa membaca tulisan arabnya sehingga nampak aneh.Akhirnya kuberanikan diri untuk mendekatinya dan membacakan surat Yaasin untuk bapaknya.
“Permisi mas, biar saya bacakan saja ya?” bujukku
“ooh nggih mas. Matur nuwun sanget. Saya tidak bisa membaca tulisan arabnya. Terima kasih sebelumnya”
Akhirnya kumulai membacakan surat Yaasin untuk sang bapak itu.
“Yaasiin. wal qur aanil hakiim. innakala minal mursaliin. ‘alaa shirootim mustaqiim dan seterusnya sampai selesai. Ku baca ulang surat ini sampai tiga kali.
Pas setelah menyelesaikan 3 kali bacaan surat yaasin, sang bapak pun terdiam. Sepertinya dia telah meninggalkan kami. Meninggalkan aku, si Dalbo dan semua yang ada di dunia ini.Inna Lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun. Sesungguhnya segalanya milik ALLAH dan sesungguhnya kita kepadaNYA dikembalikan.
Sang anak hanya bisa menangis menyaksikan sang ayah pergi. Tanpa wasiat, tanpa kata, tanpa talqin. Sungguh pilu. Seseorang yang menjempul ajal biasanya dipandu/ talqin untuk mengatakan kalimat persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain ALLAH, kali ini tidak untuk bapak ini.
Sambil menangis, Dalbo sang anak hanya bilang “Papa…maafkan aku papa. Aku gak bisa baca do’a untuk papa…” demikian berulang ulang dikatakan anak ini kepada bapaknya yang telah tiada
……………………………….
TERNYATA DALBO PENGANUT KRISTEN
Setahun setelah kejadian itu, aku bertemu dengan Dalbo di sebuah toko di kota Turen, Malang. Saat itu hari Minggu.
“Saya barusan dari gereja mas. Kebaktian” kata mas Dalbo.
Saya baru paham jika Dalbo ini adalah seorang Nasrani/ Kristen. Pengikut ajaran Yesus Kristus. Saya salut dengan dia. Walaupun bapaknya beda agama dengan dia, dia tetap berusaha memberikan yang terbaik buat bapaknya dengan menghadiahkan bacaan surat Yaasin.
Bacaan yaasin yang dia baca diniatkan untuk kesembuhan juga untuk meringankan ajal bapaknya, walaupun tidak tau cara membacanya. Jika ada kesamaan nama dan tempat, saya minta maaf. Wassalam