Oleh: Nugroho Sahaja. Budayawan lulusan B.I.P Muka Kuning Batam.

Malam 1 suro atau muharam adalah sebuah barometer. Jadi apapun yg kamu lakukan saat malam satu suro, kegiatan itulah yg akan kamu lakukan selama setahun kedepan. Makanya setiap malam 1 sura biasanya diisi dengan kegiatan dan hal2 yg positif.
Sore itu meskipun gerimis, Marjo tetap membuka gerobak gorengannya di pintu 3 Batamindo belakang PT Astra. Kebetulan malam itu malam 1 Suro, dan hanya Marjo sendiri yg berjualan. Biasanya disitu ada yg jual soto dan bakso.
PAK TUA BERPECI HITAM
Dari berangkat buka dasar (lapak) sampai isya’, tak satupun yg membeli gorengannya, mungkin karena gerimis, jadi karyawan pada malas keluar. Tiba-tiba entah datang dari arah mana seorang bapak tua berpeci hitam menghampiri Marjo, sambil mendekap bungkusan tipis lalu berkata,
” Nak, bolehkan saya minta gorengan nya ?, tapi saya tidak punya uang.”
“Monggo pak silahkan,” kata Marjo sambil mendekatkan kursi plastik merah ke bapak tua itu.
Bapak tua berpeci itu duduk, lalu memakan tempe dan tahu goreng yg diberikan Marjo. Bungkusan tipis yg dibawanya diletakkan dikursi plastik sebelahnya. Marjo lalu menuang teh yg dibawa dari rumah dan memberikan ke bapak tua itu. Marjo juga membagi rokok sebut saja JISAMSU ke bapak tua itu.
Sambil menghisap rokok, mereka berdua ngobrol2 sambil sekali-kali tersenyum dan manggut-manggut. Bapak tua itu lalu pamit, padahal hujan masih deras. Saat bapak tua itu akan menyebrang, Marjo memanggilnya,
“Pak, bungkusannya ketinggalan. Sebentar pak”
Karena bungkusan yg dibawanya tadi tertinggal di kursi, Marjo kearah kursi tempat pak Tua tadi duduk. Tapi saat marjo mengambil dan hendak menyerahkan bungkusan itu, bapak tua tadi sudah tidak ada.
“Kemana ya, pakde tadi?” tanya Marjo kepada dirinya sendiri.
Marjo sempat takut dan merinding, karena ia teringat-ingat obrolan-obrolannya dengan bapak tua berpeci hitam tadi sekitar dunia mistis.
Saat hujan reda, beberapa karyawan PT Sumitomo memborong hampir separo daganganya, lalu dari PT Astra, Kyocera dan Asahi bergantian membeli gorengan Marjo. Malam itu Marjo sangat heran, karena kurang dari satu jam setelah bapak tua itu pergi dagangan Marjo habis ludes tak tersisa.Marjo lalu berkemas dan pulang ke rully ( Rumah Liar) belakang PT Astra.
Iseng2 marjo membuka bungkusan bapak tua tadi, ternyata isinya wayang buto terong (raksasa berhidung seperti terong).
“Ini kan wayang bertuah yg diceritakan bapak tadi?.” Marjo membathin.
Bapak tua tadi bercerita bahwa wayang buto terong itu saat petang mesti dikasih kopi dan rokok kretek, dan sebulan sekali saat malam jum’at kliwon harus disediakan sate burung gagak. Maka usaha pemiliknya akan laris tidak seperti biasanya.
MANA JATAHKU
Marjo lalu menggantung wayang itu di dinding rully, dan beberapa saat kemudian , tak disangka-sangka wayang itu bergerak-gerak, dan Marjo kaget setengah mati saat terdengar seperti suara orang bicara.
“Aku wes mbantu kowe, lha endi jatahku.??” ( aku sudah membantumu, mana jatahku?? )
Marjo langsung tanggap, Marjo ke dapur membuatkan kopi hitam dan menyulut rokok, lalu ditaruhnya kopi dan rokok dibawah wayang itu.
Sejak malam itu, setiap petang Marjo menyediakan kopi hitam dan rokok, dan setiap malam jum.at kliwon menyediakan sate gagak untuk sajen wayang buto terong itu.
Belum sampai setahun ,usaha Marjo berkembang pesat. Bahkan sampai membuka cabang di Tanjung Piayu, Simpang Dam dan di rully blok R bawah. Hingga suatu ketika orang yg biasa disuruh menyediakan sate gagak pulang kampung. Sedangkan nanti malam harus menyediakan sajen buat wayang buto terong. Dilihat anak ayam cemani miliknya sangat mirip burung gagak.
“Biarlah, sekali-sekali aku ganti dengan sate ayam cemani,” pikir Marjo
Jadilah, ceritanya malam jum,at kliwon itu wayang buto Terong diberi sesajen sate ayam cemani.
Tengah malam Marjo terbangun karena kaget. Sate ayam cemani tersebut seperti sengaja ada yg menumpahkan di wajah Marjo. Keruan saja Marjo gebres-gebres. Mukanya belepotan kecap manis, sate ayam cemani, irisan brambang dan irisan lombok rawit.
KAMU KIRA AKU KARYAWAN MUKA KUNING?
Terlihat ada sosok mahluk berbulu dan bermata merah keluar dari wayang itu. Mahluk itu melemparkan semua benda yg ada dikamar ke arah Marjo sambil berkata :
“Kau kira aku ini karyawan muka kuning, sesajen kamu ganti ayam panggang kas semarang gitu.”(Kenapa ga diganti KFC aja ya? lebih praktis)
Marjo ketakutan lalu lari keluar rumah. Besuk malamnya bapak tua berpeci pemilik wayang itu mendatangi Marjo utuk mengambil wayang buto terong miliknya. Sejak wayang buto terong itu diambil, usaha Marjo semakin terpuruk dan akhirnya bangkrut.
Sejak saat itu, sampai sekarang jika melihat orang yg hidung dan bibirnya disuntik, Marjo selalu ketawa cekikikan karena teringat wajah buto terong penglarisan nya dulu.
