Oleh: Yohan Indrawijaya

MULAI

Lombok penghalau hujan, tradisi peninggalan leluhur.

“Kyai B kukerjain” kata kyai A

“Dikaerjain apa’an yi?” tanyaku

INI PERKATAAN BERNADA SOMBONG

“Beberapa waktu lalu kyai B bilang sama aku kalau akan mengerahkan kekuatan alus dari irak untuk menghalau hujan pada acara kampanye terbuka untuk partai yang dia dukung, Biar terang benderang di daerah ini” kata kyai A. Yang dimaksud daerah ini saat itu adalah batam.

“Terus gimana yi?”

“Ini perkataan bernada sombong. Gak boleh seorang ulama bilang seperti.Ngomong soal barang alusan segala ( kemungkinan bangsa jin penghalau awan /malaikat pembagi hujan )”kata pak kyai

“Setelah beliau pak kyai B pergi, aku segera sholat hajat. Kuminta kepada Gusti ALLAH untuk membuat hati pak kyai A tidak terlalu keras dan sombong dalam berbicara, terutama kepada sesama muslim. Berkali kali saya sholat hajat.

” Terus gimana yi?”tanyaku

HUJANNYA SEPERTI DIGEROJOK DARI LANGIT

” Do’a saya terkabul.Pada saat kampanye hari H, hujannya seperti di gerojok dari langit. nggak berhenti henti. Sampai saya mendapat cerita disekitar area situ banjir tidak seperti biasanya…” kata kyai A

Aku terdiam. Memang pada saat kampanye aku juga ikutan. Hujannya nggak umum. Kulihat sang pawang hujan itu ( Kyai B) wira-wiri kesana kemari sambil sebentar -sebentar menatap ke udara sambil komat-kamit. Sepertinya berusaha menghalau hujan tersebut.

Yang kutahu hujan sudah ada jadwalnya. Tidak bisa ditunda. Cuma bisa dipindah.

Dalam hatiku ( pada saat kampanye) ilmu kyai B ternyata masih kurang sip. Buktinya hujan masih belum bisa dihalau. Jangankan dihalau, mengurangi volume curahannya saja tidak mampu ( biasanya dari hujan lebat jadi gerimis saja).

INI PASTI URUSAN ANTAR PAWANG

Bahkan beberapa bulan kemudian kisah ini kuceritakan ke Kyai C di daerah Batu Ampar, beliau berkata: “Pada saat kampanye saya juga melihat ada banyak jin saling berantem rebutan awan mendung. Saya cuma tersenyum melihatnya. Ini biasanya khodamnya kyai B dan yang satunya saya tidak tahu jin jenis apa. Ini pasti urusan antar pawang” kata kyai C.

Akhirnya aku tahu jawabannya. Wallahu A’lam. Wassalam.

<BACA LAGI>

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *