TEMPAT TINGGAL MANUSIA PURBA DI LEMBAH SUNGAI BENGAWAN

BACA

Seperti yang diketahui bersama, bahwa dulunya di dunia, khususnya di Indonesia terdapat dunia prasejarah yang berisikan manusia purba dan hewan-hewan langka lainnya. Selain itu, ada juga tumbuhan langka yang hanya ada dan tumbuh pada masa prasejarah.

Nah, ternyata di Pulau Jawa sendiri sangat banyak sekali ditemukan bangunan prasejarah serta fosil flora dan fauna dari masa lampau. Selain itu, di Pulau Jawa juga digunakan sebagai tempat tinggal manusia putba.

Manusia purba yang ada di Pulau Jawa sendiri kebanyakan menempati lembah dari Sungai Bengawan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya fosil manusia purba yang telah ditemukan didaerah Sungai Bengawan ini.

PENEMUAN MANUSIA PURBA DI PULAU JAWA

Homo Erectus banyak sekali ditemukan di Indonesia, terutama untuk wilayah Pulau Jawa. Hal ini telah dijelaskan secara terperinci dalam buku berjudul Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu: Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur karya dari Hubert Forestier pada tahun 1998 silam.

Penemuan fosil manusia purba di Lembah Sungai Bengawan ini tentunya menjadi bahan perdebatan terkait dengan jenis budaya materiil mengenai Pithecanthropus Erectus. Sebagain besar fosil manusia purba ini juga ditemukan di Sangiran oleh Von Koenigswald pada tahun 1930.

Nah, di Sungai Bengawan Solo sendiri telah ditemukan sisa-sisa tempurung kepala dari manusia purba bersama dengan Oppernoorth, serta ditemukan juga tempurung kepala anak didaerah Mojokerto dekat dengan daerah Perning.

Pada tahun 1890 ditemukan Pithecanthropus Erectus yang ada didaerah Trinil, Jawa Timur. Nah, Pithecanthropus Erectus yang telah ditemukan oleh Eugene Dubois merupakan fosil manusia pertama di Indonesia. Lalu ditemukan juga tulang Homo Erectus atau rangka utuh dari gajah purba dan tengkoraknya.

<KEMBALI>

LETAK TEMPAT TINGGAL MANUSIA PURBA

Sungai Bengawan Solo merupakan daerah aliran sungai atau das yang terbesar dan merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Sungai Bengawan Solo terletak diantara Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah yang mana alirannya melintasi beberapa daerah.

Nah, manusia purba di Lembah Sungai Bengawan ini cukup banyak ditemukan oleh tim peneliti. Hal ini diperkuat dengan keterangan dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo memiliki karakteristik berupa topografi yang relatif datar.

Sebagai besar DAS tersebut terletak di dataran rendah, sehingga membentuk aliran sungai yang berkelok-kelok (meander). Nah, aliran meander inilah yang menjadi wilayah berpotensi besar terhadap tempat tinggal dari Paleoantropologi dan arkeologi.

Bentuk dari sisi kanan kiri dari Sungai Bengawan banyak mengandung sisa-sisa dari artefak, sisa fauna purba, serta tulang dan Specimen Homo Erectusatau manusia purba di Lembah Sungai Bengawan. Sepanjang aliran Sungau Bengawan Solo banyak ditemukan situs purba seperti Sambungmacan, Trinil, Ngandong, dan Ceneng.

Pertanggalan yang digunakan dalam berbagai temuan tersebut menunjukkan bahwa Homo Erectus yang tinggal di wilayah ini lebih muda jika dibandingkan dengan yang tinggal di Sangiran. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran tempat tinggal dari Homo Erectus ke arah daerah hilir Sungai Bengawan Solo.

<KEMBALI>

POLA HIDUP MANUSIA PURBA

Masyarakat prasejarah memiliki kecenderungan untuk hidup disekitar sungai yang mana menujukkan pola hidup di alam terbuka. Manusia purba juga memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada dilingkungan sekitar termasuk tinggal di goa.

Pada umunya, manusia purba tidak akan bergerak terlalu jauh dari aliran sungai, danau, atau sumber air lainnya. Hal ini disebabkan karena sumber air memiliki banyak ikan sera tanah disekitar sungai sangatlah subur sehingga cocok ditumbuhi tanaman. Balai Pelestarian situs manusia purba di lembah Sungai Bengawan (BPSMP) Sangiran yang bekerja sama dengan Puslit Arkenas melakukan kejian manusia purba disepanjang Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Berdasarkan survei yang dilakukan, telah diidentifikasi bahwa ada sebanyak 41 teras purba yang memiliki potensi adanya arkeologi artefak dan fosil yang dimulai dari Medalem hingga Ngandong.

Kontributor: DYAH

Editor: YOHAN

<BACA LAGI>

Penulis Kontributor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Post comment